-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Iklan

JANGAN GUNAKAN "POLITIK BOTOL"

Senin, 04 Februari 2019 | Februari 04, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-11-23T15:30:42Z
Agus Pranoto
Bogor (#Bogor) - Pemilu serentak tinggal menghitung hari. Hiruk pikuk pernyataan elit politik, semakin panas dan liar yang berimbas pada kegaduhan di ruang publik. Atas nama "kebebasan menyatakan pendapat", dengan mudah semua orang, berbicara. Sekalipun tanpa data dan fakta.

Elit politik, sejatinya orang yang terdidik. Mereka berpolitik, tidak lain bertujuan untuk meraih kekuasaan. Esensinya, kekuasaan dipergunakan sebagai alat, antara lain untuk mewujudkan kesejahteraan dan mencerdaskan masyarakat.

Apabila "esensi kekuasaan" ini yang menjadi landasan para elit politik, maka dalam hati dan pikiriannya, hanya tertanam  "kekuasaan hanya alat untuk mengabdi".

Implikasinya, para elit politik, akan menerapkan "politik yang berkeadaban" bukan "politik botol"

Politik yang berkeadaban, adalah perilaku dalam berpolitik yang mengedepankan pada gagasan untuk Indonesia lebih baik. Perilaku elit politik berlandaskan pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Mereka akan menerapkan "politik tanpa mahar", "politik tanpa uang", "pernyataan yang berbasis data dan fakta, bukan hoax", dan "tidak menjadikan isu sara sebagai alat untuk memperoleh dukungan masyarakat"

Politik Botol, adalah perilaku dalam berpolitik yang menerapkan "segala cara" untuk meraih kekuasaan. Kekuasaan dijadikan "alat untuk berkuasa". Bukan dijadikan alat untuk Indonesia lebih baik.

Para elit politik model ini, seringkali menerapkan budaya "politik mahar", "politik uang", "pernyataan yang kontroversial, hoax, dan segala hal di politisasi". Pernyataannya mengaduk-aduk emosi publik. Akibatnya, diruang publik terjadi "kegaduhan" yang berpotensi memecah belah anak bangsa.

Pernyataan yang dilontarkan diruang publik, adalah pernyataan yang "bodoh dan tolol (botol). Namun, dikemas dengan narasi yang berisi "pembenaran". Mereka, bermain dengan "kata-kata" dan menyampingkan "kata hati". Perilaku "politik botol" ini, jelas sangat tidak mendidik.

Pemerhati Sosial Politik
×
Berita Terbaru Update